A

SMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOYSMANSASIBOY

Grunge website templates

SMA N 1 SIMO,1つの状態シモのセカンダリ学校,1tsu no jōtai shimo no sekandarigakkō

apakah yang kamu mau?

Rabu, 03 Maret 2010

muqaddimah

Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. Keselamatan hidup kita, dunia dan akhirat, hanya akan diperoleh dengan cara kita tunduk dan patuh kepada keduanya.

Namun kenyataan di lapangan menunjukan bahwa kaum muslimin terpecah-belah dalam berbagai pemahaman. Semua mengklaim dirinyalah yang berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Masing-masing mengaku paling benar dan menyalahkan orang lain yang menyelisihinya.

Pertanyaan kita adalah siapakah yang paling benar dan paling tepat dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga kita tidak boleh meyelisihi mereka?

Jawabannya adalah para sahabat Nabi (Ridwanullåh 'alaihim jamiy'an). Para sahabat (Radhiyallåhu ta'ala 'anhum ajma'in) itulah orang-orang yang paling paham tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah karena mereka hidup di zaman turunnya kedua wahyu tersebut kepada Nabi. Maka wajib bagi kita mengikuti petunjuk dan bimbingan mereka. [1]

Memahami dan Menafsirkan Nash Berdasarkan Pemahaman Para Shahabat[2]

Para Sahabat (Ridwanullåh 'alaihim jamiy'an) adalah pendukung-pendukung Rasulullah (shållallåhu 'alaihi wa sallam), merekalah yang paling memahami risalahnya.

Dalam hal ini Rasulullah (shållallåhu 'alaihi wa sallam) bersabda:

مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ

Tidak ada seorang nabipun sebelumku yang diutus oleh Allah kepada satu umat, kecuali pada umatnya itu ada pendukung-pendukung dan Sahabat-Shåhabat yang mengambil sunnahnya dan mengikuti perintahnya

ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ

Kemudian datang setelah mereka orang-orang yang mengatakan apa yang mereka tidak lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan.

فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

Siapa yang memerangi mereka dengan tangannya, dialah Mu’min.

وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

Siapa yang memerangi mereka dengan lidahnya, dialah Mu’min.

وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

Dan siapa yang memerangi mereka dengan hatinya, dialah Mu’min.

وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ

Tidak ada iman setelah itu walau sebesar biji sawi pun.” [HR. Muslim] [3]
Para Sahabat selalu bertanya kepada Rasulullah (shållallåhu 'alaihi wa sallam) tentang segala masalah yang mereka hadapi. Seperti yang diriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa setiap kali mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya, langsung bertanya kepada Rasulullåh (shållallåhu 'alaihi wa sallam) sampai ia tahu. [HR. Bukhåriy] [4]

Dengan ini bisa diketahui bahwa apa saja masalah yang terlintas dalam benak seseorang, yang belum ditanyakan oleh para Sahabat di saat mereka membutuhkannya dan sebab-sebabnya ada pada mereka, ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah tipu daya setan.

Yang wajib bagi da’i adalah mengambil sikap sebagaimana sikap para Sahabat, dan hendaknya ia mengetahui bahwa Allåh (Subhanahu Wa Ta'ala) tidak membiarkan sesuatu yang sangat kita butuhkan karena lupa atau terlupakan.

Keutamaan Sahabat

1. Ibnu Mas’ud (Rådhiyallåhu 'anhumaa) berkata:

“Sesungguhnya Allah melihat hati seluruh manusia, maka didapatkan bahwa hati Muhammad (shållallåhu 'alaihi wa sallam) adalah yang paling baik, maka dipilihnya dan dibebani dengan risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati seluruh manusia setelah hati Muhammad (shållallåhu 'alaihi wa sallam), maka Dia mendapatkan hati para Sahabatnya adalah hati yang terbaik, lalu mereka dijadikan pembela-pembela nabi-Nya dan berperang di atas agama-Nya.” [Atsar Shåhih, R. Ahmad][5]

2. Firman Allåh (Subhanahu Wa Ta'ala):

وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Saba: 6)

Qatadah berkata (dalam menafsirkan ayat diatas):

“Mereka itu adalah para Sahabat Nabi.”[6]

Memahami Nash sesuai Pemahaman Shåhabat (Ridwanullåh 'alaihim jamiy'an)

Pertama, Dalil dari Al-Qur’an

Firman Allåh (Subhanahu Wa Ta'ala):

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihanagar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Q.S. Al-Baqarah: 143)

Kata “الوسط” berarti orang-orang yang baik nan lurus. Para Sahabat adalah umat terbaik, umat yang paling lurus dalam perkataan, perbuatan, keinginan dan niat. Dari itu mereka berhak menjadi saksi bagi para rasul atas umat mereka di hari kiamat.[7]

Kedua, Dalil dari As-Sunnah

Rasulullåh (shållallåhu 'alaihi wa sallam) bersabda:

“خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ”

“Manusia yang paling baik adalah generasi (yang hidup bersama)ku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.” [HR. Bukhariy, Muslim dan Ahmad][8]

Makna umum dalam hadits ini mengandung pengertian bahwa kebaikan mereka mencakup akidah, pemahaman dan perbuatan.

Ketiga, Dalil dari Ijma’

Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa:

"Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah dari semua kelompok sepakat bahwa generasi terbaik dari umat ini –dalam perbuatan, perkataan, akidah dan keutamaan lainnya- adalah generasi pertama, kemudian yang setelahnya, kemudian yang setelahnya.

Dan mereka lebih utama dari generasi Khalaf dalam semua keutamaan ilmu, iman, pemikiran, agama, ucapan dan ibadah. Dan mereka lebih berhak untuk menjelaskan segala permasalahan. Hal ini tidak ditolak kecuali oleh orang yang menentang sesuatu yang harus diketahui dari agama Islam, dan orang yang disesatkan oleh Allah…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar